Saturday, February 8, 2014

Jalan-jalan ke Museum Batik: Asli Indonesia, Rasa Eropa

Hey!
Jadi ceritanya Sabtu, 8 Februari 2014 kemarin gue dan tiga orang temen satu kostan main ke Museum Batik Kuno Danar Hadi. Dimana tuh? Museum ini ada di Kota Solo, tepatnya di jalan Slamet Riyadi, persis di belakang storenya Danar Hadi. Buka setiap hari (kecuali tahun baru, 17 Agustus dan libur hari raya, tutup) dari jam 09.00 - 16.00 WIB. Tiketnya masih terjangkau banget, umum 25.000 dan buat pelajar/mahasiswa 15.000 (jangan lupa tunjukkin kartu pelajarnya ya). Tiketnya bisa dibeli di store Danar Hadi, bilang aja mau ke museum, mbak-mbaknya cukup ramah dan sangat membantu kok.

Kami di depan Museum Batik (ki-ka: Ratu, Ugie, Botan, gue) :p
Tiket masuk Museum Batik
Masuk Museum Batik harus ditemenin sama guide. Kenapa ga sendiri aja sih biar lebih nyaman? Peranan guide disini penting banget loh. Mereka akan nemenin kita muter-muter di dalem museum sambil jelasin sejarah dari batik-batik yang ada disana. Sejarah? Emang setua apa sih batiknya? Tua banget! Koleksi batik disana banyak yang umurnya udah ratusan tahun! Belum lagi koleksi batik dari jaman Belanda dari taun 1800an - 1910an awal. Kalian pasti akan kaget banget ketika tau gimana cerita di balik koleksi batik-batik disana.

Museum Batik Kuno Danar Hadi ini adalah museum pribadi, artinya bukan milik pemerintahan. Nama pemiliknya adalah Bapak Santosa Doellah, beliau juga pemilik merk Danar Hadi. Bapak Santosa ini konon punya obsesi sendiri sama batik. Beliau bahkan rela ikut acara lelang batik di berbagai negara buat dapetin batik kuno berusia ratusan taun dengan motif langka. Katanya, harga sehelai batik kuno yang pernah beliau beli bisa mencapai Rp. 300.000.000! Sebagai bukti cintanya sama batik yang merupakan salah satu budaya asli Indonesia ini, makanya Bapak Santosa mendirikan Museum Batik. Selain itu, tujuan berdirinya Museum Batik ini juga untuk dijadikan salah satu objek wisata di Kota Solo, yang dateng bukan cuma orang Indonesia, bule-bule juga banyak yang dateng.

Koleksi batik milik Bapak Santosa sekitar 11.000, tapi yang dipajang di dalem museum kurang lebih ada 600an. Kok cuma segitu? Iya, mengingat koleksinya banyak banget dan tempat yang kurang memadai, akhirnya diputuskan untuk hanya menyimpan 600an batik kuno dan kontemporer di museum. Ada 11 ruangan di dalem museum. tiap-tiap ruangan beda jenis batik. Penataannya rapi banget. Beberapa jenis bunga disimpen di dalam wadah kecil, itu fungsinya sebagai pewangi. Batik yang usianya ratusan taun itu sensitif banget, ga bisa sembarangan pake pewangi yang biasa dijual di supermarket. Kandungan kimia di dalem pewangi itu bisa ngerusak batik yang ada disana. Bahkan pengunjung sama sekali ga diizinkan untuk megang batik yang ada di dalem museum. Kenapa? Karena, di tangan kita bisa jadi ada keringat, keringat mengandung garam/asam, nah dikhawatirkan kandungan garam/asam tersebut bakal ngerusak warna dan bahan batik yang udah rentan banget itu.

Selain ga boleh megang batik yang dipajang, pengunjung juga ga boleh motret tanpa/pake flash. Loh kok gitu? Inget, sekali lagi, usia batik disana itu udah tua banget. kilatan dari flash bisa merusak kualitas batik kuno disana, makanya ga boleh motret dengan flash. Terus pake flash juga kenapa ga boleh? Kalo ini katanya berkaitan dengan apa ya namanya, ya anggep lah copyright. Batik dan design penataan tempatnya adalah salah satu bentuk hasil dari kekayaan intelektual yang harus disimpan baik, makanya ga boleh dipotret. Tapi ada pengecualian buat kalian yang sedang/pengen ngadain penelitian untuk tugas akhir/skripsi/thesis tentang batik-batik disana, kalo untuk keperluan itu boleh kok motret, dengan seizin petugas disana loh ya.

Gue dibikin terkaget-kaget masuk ke museum ini. Sebelumnya ga pernah tau kalo ada batik yang motifnya Eropa banget. Ada tiga batik yang menurut gue keren, mungkin kalo dijual sekarang-sekarang bakal banyak banget yang beli karena motifnya unik. Tiga batik itu kepunyaan pemilik pabrik batik asal Eropa pada jaman Belanda (kalo ga salah inget), motifnya Red Riding Hood, Hansel & Gretel sama Snow White. Tapi, unsur-unsur lain yang melengkapi batik itu dan teknik pembuatannya masih Indonesia banget. Perpaduan yang cantik banget. Batik di jaman Belanda punya varian warna yang beragam, beda sama batik khas Jawa yang warnanya cenderung coklat. Batik-batik dengan motif Eropa itu ga punya filosofi khusus untuk motifnya, ada mungkin beberapa, tapi ga semuanya. Beda dengan batik Indonesia, khususnya batik yang lahir di lingkungan kerajaan. Setiap helai batik punya banyak banget filosofi, makna dan harapan di dalemnya. Inilah pentingnya guide, mereka akan sangat detail ngasih penjelasan tentang batik-batik disana.

Selesai muter-muter di dalem museum batik yang adem dan menakjubkan, kita diajak masuk ke workshop. Disini lah batik-batik produksi Danar Hadi lahir. Oh iya, kalo mau masuk ke workshop, jangan dateng ke Museum hari Minggu, soalnya buruhnya libur, itu berarti ga ada kegiatan di workshop. Banyak banget buruh disana. Kita bisa liat orang-orang yang lagi bikin pola batik, ibu-ibu yang asik membantik dengan cantingnya masing-masing, terus bapak-bapak yang bikin batik cap, tempat dengan bak-bak besar untuk ngerendem batik yang udah diwarnain, dan berbagai aktivitas membatik lainnya. Workshopnya ga sedingin museum, disini agak panas, ya wajar lah. Kalo dingin nanti lilin batiknya cepet kering. Selesai dari workshop, kita masuk lagi ke museum dan dianter ke tempat souvenir. Kalo ga pengen beli juga ga apa-apa kok hahaha.

Ini dia workshopnya
Bapak ini lagi bikin pola batik
Perlengkapan wajib buat membatik
Membatik
Ruang batik cap
Bak untuk ngerendem batik
Ya, selesai sudah rangkaian wisata di Museum Batik Danar Hadi. Ini bisa banget loh dijadiin salah satu objek wisata buat kalian yang lagi liburan di Solo. Tetep inget ya, batik ini asli Indonesia karena budayanya berkembang di masyarakat kita. Hampir selalu ada unsur batik di setiap kegiatan yang ada di Indonesia, upacara adat sampai iklan pun kita bisa liat batik di dalamnya, itulah yang ga terjadi di negara lain. Hidup batik! Dadah!


Museum Batik Kuno Danar Hadi
Brigjen. Slamet Riyadi 261, Surakarta 57141, Indonesia
+62 271 714-326

No comments:

Post a Comment